Pondok Pesantren Gading Malang: Jejak Keislaman Sejak Abad ke-18

Pondok Pesantren Gading Malang: Jejak Keislaman Sejak Abad ke-18

Jatim, Suryanews.net – Di tengah-tengah Kota Malang, berdiri megah sebuah pesantren yang telah menyaksikan pergantian zaman selama lebih dari dua abad. Pondok Gading, demikian ia dikenal, bukan sekadar lembaga pendidikan agama Islam, melainkan juga saksi bisu sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa.

Sebagai ponpes tertua di Malang, Pondok Gading menyimpan sejarah panjang dan nilai-nilai luhur yang patut kita teladani.

Dikutip dari halaman resminya, Pondok Pesantren Gading Malang didirikan oleh KH Hasan Munadi pada 1768 dan diteruskan oleh KH Ismail pada 1858.

Pada tahun 1971, Pondok Pesantren Gading Malang diasuh oleh KH Muhammad Yahya sebagai generasi ketiga. Saat ini, pesantren ini diasuh oleh generasi keempat, yaitu putra-putri KH Muhammad Yahya.

Pesantren yang dinamai Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang ini, berdasarkan silsilah pendiriannya, merupakan pondok tertua ketiga di Indonesia.

Pesantren ini terkenal dengan ilmu hisabnya. Hasil hisab dari pondok ini digunakan sebagai acuan oleh masyarakat untuk menentukan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Selain itu, pondok ini juga dikenal sebagai pusat tasawuf, karena merupakan pondok thoriqoh Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Kitab-kitab yang diajarkan oleh para masyayikh juga didominasi oleh tema-tema tasawuf.

Pondok Gading juga terkenal karena kewalian KH Muhammad Yahya. Banyak pengunjung dari berbagai daerah datang ke Pondok Gading untuk berziarah ke makam KH Muhammad Yahya. Secara silsilah, KH Muhammad Yahya memiliki hubungan keturunan dengan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo dari Cirebon.

Dikutip dari NU Online, Pondok Gading dianugerahi penghargaan Anugerah 1 Abad NU pada 31 Januari 2023. Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi individu dan lembaga atas kontribusinya terhadap NU, umat, dan bangsa.

Sistem Pendidikan Ponpes Gading
Dalam menjalankan proses pendidikannya, pondok pesantren Gading Malang tentu memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai landasan untuk menjalankan proses pendidikan.

Dikutip dari halaman resminya , Pondok Pesantren Gading Malang memiliki visi untuk menjadi lembaga yang membina jiwa taqwallah. Dalam upayanya mencapai visi tersebut, pondok ini menjalankan misi untuk membentuk insan-insan yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

Tujuan utamanya adalah mencetak kader-kader agama dan bangsa yang dapat menjadi teladan (uswatun hasanah) di masyarakat. Para santri ini diharapkan memiliki kedisiplinan tinggi, tanggung jawab, dan kepribadian luhur, yang dilengkapi dengan bekal ilmu (lisanut maqol) dan amal perbuatan (lisanul hal).

Dengan pendekatan ini, Pondok Pesantren Gading Malang berkomitmen untuk menghasilkan individu-individu yang tidak hanya berilmu, tetapi juga mampu mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta membawa dampak positif bagi masyarakat.

Pendidikan di pesantren Pondok Gading dikelola oleh Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda (MMH). Sistem kelas di MMH dibagi menjadi tiga tingkatan Ula (dasar), Wustho (menengah), dan Ulya (atas).

Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda dilaksanakan pada malam hari setelah Isya, yaitu pukul 19.30-21.00 WIB. Proses pembelajaran berlangsung di gedung diniyah yang memiliki tiga lantai. Masing-masing tingkat Ula, Wustho, dan Ulya memiliki tiga kelas.

Setiap siswa yang berhasil menyelesaikan setiap tingkatan akan diwisuda dan diberikan ijazah yang setara dengan sekolah umum. Tingkat Ula setara dengan MI, tingkat Wustho setara dengan MTs, dan tingkat Ulya setara dengan MA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *